Jumat, 17 Mei 2013

POLISI JUJUR DI INDONESIA


Kisah Polisi Paling Jujur Di Indonesia [ www.BlogApaAja.com ]



Kisah Polisi Paling Jujur di Indonesia - Hoegeng Iman Santoso adalah Kapolri di tahun 1968-1971. Ia juga pernah menjadi Kepala Imigrasi (1960), dan juga pernah menjabat sebagai menteri di jajaran kabinet era Soekarno. Kedisiplinan dan kejujuran selalu menjadi simbol Hoegeng dalam menjalankan tugasnya di manapun.


Ia pernah menolak hadiah rumah dan berbagai isinya saat menjalankan tugas sebagai Kepala Direktorat Reskrim Polda Sumatera Utara tahun 1956. Ketika itu, Hoegeng dan keluarganya lebih memilih tinggal di hotel dan hanya mau pindah ke rumah dinas, jika isinya hanya benar-benar barang inventaris kantor saja. Semua barang-barang luks pemberian itu akhirnya ditaruh Hoegeng dan anak buahnya di pinggir jalan saja.
Kisah Polisi Paling Jujur Di Indonesia [ www.BlogApaAja.com ]
" Kami tak tahu dari siapa barang-barang itu, karena kami baru datang dan belum mengenal siapapun," kata Merry Roeslani, istri Hoegeng.
Polisi Kelahiran Pekalongan tahun 1921 ini sangat gigih dalam menjalankan tugas. Ia bahkan kadang menyamar dalam beberapa penyelidikan.
Kasus-kasus besar yang pernah ia tangani antara lain, kasus pemerkosaan Sum tukang jamu gendong atau dikenal dengan kasus Sum Kuning, yang melibatkan anak pejabat. Ia juga pernah membongkar kasus penyelundupan mobil yang dilakukan Robby Tjahjadi, yang notabene dekat dengan keluarga Cendana.
Kasus inilah yang kemudian santer diduga sebagai penyebab pencopotan Hoegeng oleh Soeharto. Hoegeng dipensiunkan oleh Presiden Soeharto pada usia 49 tahun, di saat ia sedang melakukan pembersihan di jajaran kepolisian. Kabar pencopotan itu diterima Hoegeng secara mendadak.
Kemudian Hoegeng ditawarkan Soeharto untuk menjadi duta besar di sebuah Negara di Eropa, namun ia menolak. Alasannya karena ia seorang polisi dan bukan politisi.
"Begitu dipensiunkan, Bapak kemudian mengabarkan pada ibunya. Dan ibunya hanya berpesan, selesaikan tugas dengan kejujuran. Karena kita masih bisa makan nasi dengan garam," ujar Roelani. "Dan kata-kata itulah yang menguatkan saya," tambahnya.
Hoegeng memang seorang yang sederhana, ia mengajarkan pada istri dan anak-anaknya arti disiplin dan kejujuran.
Semua keluarga dilarang untuk menggunakan berbagai fasilitas sebagai anak seorang Kapolri.
"Bahkan anak-anak tak berani untuk meminta sebuah sepeda pun," kata Merry.Aditya, salah seorang putra Hoegeng bercerita, ketika sebuah perusahaan motor merek Lambretta mengirimkan dua buah motor, sang ayah segera meminta ajudannya untuk mengembalikan barang pemberian itu. "Padahal saya yang waktu itu masih muda sangat menginginkannya," kenang Didit.
Saking jujurnya, Hoegeng baru memiliki rumah saat memasuki masa pensiun. Atas kebaikan Kapolri penggantinya, rumah dinas di kawasan Menteng Jakarta pusat pun menjadi milik keluarga Hoegeng. Tentu saja, mereka mengisi rumah itu, setelah seluruh perabot inventaris kantor ia kembalikan semuanya.
Memasuki masa pensiun Hoegeng menghabiskan waktu dengan menekuni hobinya sejak remaja, yakni bermain musik Hawaiian dan melukis. Lukisan itu lah yang kemudian menjadi Hoegeng untuk membiayai keluarga. Karena harus anda ketahui, pensiunan Hoegeng hingga tahun 2001 hanya sebesar Rp.10.000 saja, itu pun hanya diterima sebesar Rp.7500!
Tak heran, Almarhum Gus Dur pernah berkata, "Di Indonesia ini hanya ada tiga polisi jujur, yakni polisi tidur, patung polisi, dan Hoegeng














Dalam acara Kick Andy, Aditya menunjukkan sebuah SK tentang perubahan gaji ayahnya pada tahun 2001, yang menyatakan perubahan gaji pensiunan seorang Jendral Hoegeng dari Rp. 10.000 menjadi Rp.1.170.000.



AIPTU JAELANI
Benar kata Soekarno: Orang-orang hebat (besar) selalu lahir di tempat-tempat 'kumuh.' Kalimat yang pernah ditulis presiden pertama RI ini, terbukti dengan lahirnya satu di antara sekian juta orang yang lahir di korps Kepolisian Republik Indonesia. Satu di antara jutaan anggota polisi itu, menyandang nama besar, meski hanya seorang bintara.

Adalah Aiptu Jailani, anggota Satlantas Polres Gresik, Jawa Timur, yang menjadi cerminan kalimat Bung Karno tersebut. Nama Aiptu Jailani, begitu tersohor di seantero Kabupaten Gresik.

Ketenaran bapak dua anak yang telah 23 tahun mengabdikan diri di kepolisian ini, mengalahkan perwira-perwira tinggi di Republik ini, kecuali nama pejabat atau perwira polisi yang (sedang) terjerat kasus korupsi dan santer dibicarakan di seantero tanah air saat ini. Karena nama Jailani dikenal hanya di seputar wilayah Gresik saja.

Ketenaran Jailani di Kota Pudak, julukan Gresik, bukan karena dia pernah atau sedang tersangkut masalah hukum. Tapi karena ketegasan dia, kedisiplinan dan kejujuran dia saat mengemban tugasnya sebagai anggota Polantas. 

"Oh polisi itu. Satu-satunya polisi paling adil di Gresik itu tah," kata salah seorang pengunjung di warung kopi di Jalan RA Kartini, Gresik, Suradi ketika ditanya soal Aiptu Jailani.

Bahkan, si pengunjung warung kopi itu juga mengatakan, kalau tanya soal Jailani, orang di hampir seluruh Gresik ini, ya pasti tahu. "Jailani itu satu-satunya polisi yang suka nilang di sini (Gresik). Tak cuma itu, seluruh warung kopi di Gresik, meski jarang berkendara dan tak pernah bertatap muka dengan Jailani, pasti kenal dengan nama Jailani. Karena dia dikenal polisi yang suka nilang, bahkan istrinya sendiri saja ditilang," cetus dia.

Sementara Wahyudi, juga seorang pengunjung warung kopi di Jalan Jaksa Agung Suprapto, Gresik mengatakan, nama Jailani lebih dikenal di Gresik ketimbang nama kapolresnya. Ketenaran nama Jailani itu, karena sikap disiplinnya, kejujurannya, serta tak pernah ada kompromi ketika melakukan tilang bagi pengendara yang melanggar rambu-rambu lalu lintas. Bahkan, anak-anak sekolah dasar mengenal baik nama Jailani.

"Dulu, saya lupa pastinya kapan, kalau nggak salah antara 2010/2011 lalu. Tapi yang jelas saat itu, Kapolres Gresik dijabat oleh AKBP M Iqbal, mantan Kapolres Sidoarjo yang pindah di Gresik (sekarang Kapolres Jakarta Utara). Sempat geregetan sama Jailani, gara-gara Jailani yang hanya berpangkat Aiptu lebih dikenal daripada dia (M Iqbal)," ungkap Wahyudi.

Wahyudi menceritakan, kejadian itu terjadi saat Polres Gresik menggelar acara dialog antara kapolres dengan anak-anak sekolah dasar se-Kabupaten Gresik. "Saat anak-anak itu ditanya siapa nama Kapolres Gresik, dengan serempak anak-anak itu menjawab Pak Jailani. Dan kabarnya, usai acara itu, Jailani ditegur oleh kapolres," cerita dia.

Sementara Jailani sendiri mengaku sikap dan sepakterjangnya di lapangan, merupakan buah dari didikan kedua orang tuanya, yaitu almarhum Mustamin dan Jaitun. Khususnya sosok sang ibu, Jaitun.

Jailani bukan lahir dari kalangan orang-orang hebat, atau dari kalangan militer, yang kerap menanamkan pendidikan ala militer. Jailani hanya seorang anak dari petani asal Jombang. Kedisiplinan itu justru lahir karena didikan sang Ibu.

Menurut Jailani, ibunya merupakan sosok perempuan yang sangat disiplin. "Saat menaruh sendal misalnya. Harus berjajar rapi. Sampai-sampai saya tahu, kalau sendal-sendal itu berserakan, pasti ada tamu di rumah saya. Pun begitu dengan baju-baju kotor saya. Jika tidak saya taruh di keranjang cucian, maka sampai dua minggu juga, baju kotor saya tidak akan dicuci sama ibu," kata Jailani.

Sementara untuk masalah disiplin waktu, anak tunggal dari petani asal Jombang itu, mengaku sejak duduk di bangku kelas lima SD, dia sudah memakai jam tangan.

"Tujuannya untuk mengingat waktu. Kapan saya harus salat, kapan saya harus belajar, kapan saya harus mengerjakan semua pekerjaan rumah. Semua harus diprogram sesuai dengan jadwal waktu. Jam tangan itu, mengajarkan saya atau mengingatkan saya tentang betapa berharganya waktu."

Selain mendapatkan pendidikan kedisiplinan dari orang tuanya, Jailani juga mendapatkan ilmu kedisiplinannya saat bertugas di Papua pasca lulus mendaftar sebagai anggota polisi di Polda Jawa Timur, sekitar tahun 1990 silam. "Di SPN (Sekolah Polisi Nasional) di Polda Papua, saya diwanti-wanti agar terus menjaga kedisiplinan saya saat kembali ke Jawa," kenang dia.

Dan hingga saat ini, ketika dia bertugas di Satlantas Polres Gresik selama sekitar sembilan tahunan, ketegasan, kedisiplinan dan kejujuran itu, masih dipegang teguh oleh Jailani. Karena ketegasan dan tak mudah disuap saat menindak pelanggar aturan berlalu lintas di Kota Pudak itu, Jailani begitu disegani dan ditakuti.

"Kalau guyonan Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid), hanya ada tiga polisi jujur di Indonesia, yaitu Polisi Hoegeng, patung polisi, dan polisi tidur. Tapi karena ada Jailani, maka polisi jujur di Indonesia, sekarang ada empat," celoteh Syarep yang tengah menikmati kopi hangatnya di warung kopi dekat Petrokimia Gresek.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar